Nggladak

Nggladak mencari dan menelusuri jejak - jejak yang tersembunyi sambil menikmati alam sekitar.

Budaya

suatu sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar.

PAMERAN KEPURBAKALAAN BOJONEGORO TAHUN 2014

Yuk rame - rame nonton DINOSAURUS dan KEHIDUPAN MANUSIA PURBA

Reserved

dalam perbaikan

Tokoh

Pak Hary Balung, Salah seorang pelopor museum 13

Selasa, 18 November 2014

MASJID DAN PELABUHAN KUNO DI BOJONEGORO

Desa Cangaan di Kecamatan Kanor yang berada di pinggiran sungai Bengawan Solo dimana setiap tahunnya selalu terkena dampak banjir akibat luapan sungai terpanjang di Pulau Jawa ini. Namun dibalik bencana banjir yang datang setiap tahunnya ternyata desa ini menyimpan banyak cerita sejarah yang patut untuk ditelusuri. Karena berada di pinggiran Sungai Bengawan Solo tak heran desa ini dulunya diketahui sebagai pelabuhan kuno sekitar abad 18-19 M.  Tak heran pada masa itu Desa Cangaan menjadi pusat perdagangan dan perekonomian masa Kolonial Belanda, dan tidak menutup kemungkinan pelabuhan itu berjalan sebelum era Kolonialisme Belanda datang. Selain pelabuhan kuno di Desa Cangaan ini  juga banyak dijumpai bangunan tua yang masih berdiri kokoh, seperti bekas rumah kuno, gudang tembakau yang kini berfungsi menjadi sarang walet, pondok pesantren kuno, makam kuno, dan juga masjid kuno.

Hingga saat ini bangunan kuno yang masih berdiri kokoh dan difungsikan oleh warga desa yaitu Masjid Jami’ Nurul Huda. Masjid ini dibangun pada bulan Muharram tahun 1262 H atau tahun 1847 M, dan angka tahun berdirinya masjid tertulis di pintu masuk. Masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi yang tentunya saja bentuknya pun juga sudah banyak berubah, hanya menyisakan bentuk lantai dan atapnya yang masih asli.  Karena letaknya berada di pusat perekonomian, pastinya masjid ini juga memiliki peran penting dalam persebaran agama Islam di Kabupaten Bojonegoro.

Senin, 17 November 2014

PILLBOX ATAU TEMPAT PENGINTAIAN MASA PENDUDUKAN JEPANG

Pillbox merupakan penyebutan untuk tempat pengintaian dengan bentuk silinder berongga dan terdapat satu pintu yang diperkirakan dibangun pada pasa pendudukan Jepang yaitu sekitar tahun 1942. Di Bojonegoro terdapat  2 (dua)  buah pillbox yang terdapat di sisi selatan sungai Bengawan Solo, tepatnya berada di Jl. Pinggiran Kelurahan Banjarejo Kecamatan Kota Bojonegoro. Berdirinya 2 (dua) pillbox ini berhubungan dengan perjuangan rakyat Indonesia untuk melawan tentara  Jepang. Menurut Bapak Suhud, 88 tahun pillbox ini dibangun oleh tentara Indonesia yang dibantu oleh sisa tentara Belanda. Tujuan pembangunan pillbox ini adalah sebagai pos penjagaan atau pos pengintaian jika sewaktu-waktu tentara Jepang masuk ke wilayah Bojonegoro. Karena di sisi utara Bengawan Solo merupakan markas tentara Jepang  yang masuk wilayah Kabupaten Tuban. Jarak antara kedua pillbox tersebut kurang lebih 200 meter dan berada di dekat rumah penduduk. Meski masih nampak utuh dan baik, akan tetapi  pillbox ini kondisinya tidak terawat. Bahkan salah satu dari pillbox yang berada di sisi barat dipergunakan oleh warga pemilik tanah untuk menumpuk jerami.

KOKOHNYA JEMBATAN MASA KOLONIAL BELANDA

Selama kurang lebih 350 tahun Belanda menjajah Indonesia, banyak bangunan megah yang mereka ciptakan. Selain terlihat besar dan megah bangunan-bangunan tersebut terkenal kokoh dan kuat, salah satunya yaitu jembatan.
Bojonegoro juga memiliki jembatan peninggalan kolonial Belanda yang berlokasi di Desa Buntalan Kecamatan Temayang. Jembatan ini dibangun kurang lebih pada tahun 1927, dan diresmikan pada tahun 1930. Pada awalnya jembatan ini merupakan jembatan rel loco yang berguna mengangkut material  untuk pembangunan Waduk Pacal.

Jembatan ini kondisinya masih utuh dan kokoh karena memang terbuat dari rangka baja yang baik. Kondisi berbeda ada pada bagian rel loco yang sekarang sudah tidak ada lagi, hal ini dikarenakan loco sudah tidak berfungsi maka oleh desa dibangun jalan yang berguna untuk transportasi masyarakat setempat. Menurut masyarakat setempat terdapat angka tahun peresmian yaitu tahun 1930, akan tetapi sudah tertutupi jalan baru yang sudah dibangun tersebut. (nyung/bnb)