Selasa, 18 November 2014

MASJID DAN PELABUHAN KUNO DI BOJONEGORO

Desa Cangaan di Kecamatan Kanor yang berada di pinggiran sungai Bengawan Solo dimana setiap tahunnya selalu terkena dampak banjir akibat luapan sungai terpanjang di Pulau Jawa ini. Namun dibalik bencana banjir yang datang setiap tahunnya ternyata desa ini menyimpan banyak cerita sejarah yang patut untuk ditelusuri. Karena berada di pinggiran Sungai Bengawan Solo tak heran desa ini dulunya diketahui sebagai pelabuhan kuno sekitar abad 18-19 M.  Tak heran pada masa itu Desa Cangaan menjadi pusat perdagangan dan perekonomian masa Kolonial Belanda, dan tidak menutup kemungkinan pelabuhan itu berjalan sebelum era Kolonialisme Belanda datang. Selain pelabuhan kuno di Desa Cangaan ini  juga banyak dijumpai bangunan tua yang masih berdiri kokoh, seperti bekas rumah kuno, gudang tembakau yang kini berfungsi menjadi sarang walet, pondok pesantren kuno, makam kuno, dan juga masjid kuno.

Hingga saat ini bangunan kuno yang masih berdiri kokoh dan difungsikan oleh warga desa yaitu Masjid Jami’ Nurul Huda. Masjid ini dibangun pada bulan Muharram tahun 1262 H atau tahun 1847 M, dan angka tahun berdirinya masjid tertulis di pintu masuk. Masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi yang tentunya saja bentuknya pun juga sudah banyak berubah, hanya menyisakan bentuk lantai dan atapnya yang masih asli.  Karena letaknya berada di pusat perekonomian, pastinya masjid ini juga memiliki peran penting dalam persebaran agama Islam di Kabupaten Bojonegoro.

2 komentar :

  1. Nyuwun sewu, komunitas banyu gawan saat ini masih aktif apa ndak? Kegiatan rutinya apa sja. Sy tertarik sekali dg sejarah dan klo boleh ingin gabung di komunitas ini untuk menambah wawasan tentang sejarah bojonegoro.

    BalasHapus
  2. Pelabuhan e ndi Nung.....kog mung mashid te tok

    BalasHapus